ILMU TASAWUF (TAUBAT)
TAUBAT
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen pembimbing : DRA. Hj. Latifah. M.Ag

Kelompok 3
Annisa Aulia Berliana
Figri Nur Ilman
Khalid Ibnu Sina
Puspita Sari
PAI
1B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) AL-HIKMAH JAKARTA
Jl.Jeruk Purut No. 10 Cilandak Timur Pasar
Minggu
Jakarta Selatan 12650, Telp/Fax: (021)7890521
Jakarta Selatan 12650, Telp/Fax: (021)7890521
2018
BAB 1
Dalam
pembahasan tasawuf, taubat terbaik sebagai maqam pertama yang harus dilalui dan
dijalani oleh seorang salik. Dikatakan Allah Swt. Tidak menjangkau sebelum
bertaubat. Karena dengan taubat, jiwa seorang salik bersih dari dosa. Tuhan
dapat didekati dengan jiwa yang suci.
Taubat
merupakan sebuah permulaan, karena setiap hamba pasti pernah tergelincir,
bahkan sering. Memang manusia adalah tempatya salah dan lupa. Namuun, manusia
yang terbaik mereka yang sama sekali tidak pernah melakukan dosa. Akan tetapi,
mereka yang melakukan kesalahan melakukan dosa atau dosa, dia langsung
bertaubat kepada Allah SWT. Dengan sebenar-benarnya taubat. Bukan sebentar saja
yang diiringi dengan niat hati untuk mengulang dosa kembali.
Di dalam Al-Qur’an yang merupakan kitab suci kaum
muslim pun, banyak terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk
bertaubat dan juga banyak dijelaskan bahwa Dia adalah maha penerima taubat.
Jadi, sebagai kaum muslim, sudah selayaknya memahami tentang taubat dan
diharapkan bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
a. Apa
pengertian taubat?
b. Apa
saja syarat diterima taubat?
c. Apa
saja manfaat taubat?
Taubat adalah awal tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan maqam
pertama bagi sufi pemula. Taubat menurut bahasa artinya kembali. sedangkan
menurut istilah taubat adalah kembali dari sesuatu yang dicela dalam syariat
menuju sesuatu yang dipuji dalam syariat. [1]
Bertaubat sesungguhnya merupakan panggilan Allah SWT, Allah
memerintah manusia untuk bertaubat didalam Alqur’an sebanyak 87 kali, seperti
dalam firman Allah yang artinya “Karena itu mohonlah ampun kepada-Nya
kemudian bertaubatlah, sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan
memperkenankan (doa hamba-Nya)“ (Q.S
Hud : 2)
Bertaubat sangat penting bagi manusia karena jika tidak bertaubat
berarti mereka sudah menzolimi dirinya sendiri, selain itu bertaubat juga
merupakan ibadah yang utama dan yang paling disukai oleh Allah SWT. Allah
berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri“ (Q S Al-Baqarah : 222)[2]
Orang-orang yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip ahli sunnah
mengatakan “agar taubat diterima diharuskan memenuhi tiga syarat utama” yaitu :
a.
Menyesali
atas pelanggaran-pelanggaran yang pernah diperbuatnya,
b.
Meninggalkan
jalan kesesatan
c.
Berketetapan
hati untuk tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran serupa
Untuk mengawali taubat adalah keterjagaan hati dari keterlelapan
lupa maksudnya seseorang mampu mendengarkan suara hati nuraninya tentang
larangan-larangan, maka dalam sanubarinya timbul kehendak untuk taubat. Dalam
hal ini langkah pertama adalah hijrah atau meninggalkan kawan-kawan yang buruk.
Karena jika tidak, mereka akan mengacaukan konsentrasi dan tekadnya untuk
bertaubat
Untuk membuat kecintaannya dalam bertaubat selalu bertambah dan
juga lebih meyempurnakan tekad taubatnya dalam bentuk penguatan rasa takut dan
harap kepada Allah. Ketika hal ini terjadi, keruwetan-keruwetan keburukan
perilaku yang telah menggumpal disanubarinya mulai mencair dan memuai, sikapnya
secara tegas menunjukkan pengambilan jarak dari larangan-larangan agama dan
kecenderungan mengikuti hawa nafsu dengan keras dikekangnya.
Akhirnya, semua jalan yang mengantarkannya pada kesesatan
ditinggalkan, tekad untuk tidak kembali pada dosa-dosa serupa lebih diteguhkan.
Sesungguhnya realisasi taubat dengan tekadnya adalah penetapan diri pada jalan
yang tepat[3]
Ustaz Abu Ali ad-Daqaq mengatakan bahwa “Tobat ada tiga bagian
yaitu pertama taubat (kembali), inabah (berulang-ulang kembali)
dan ketiga aubah (pulang). Taubat bersifat permulaan. Aubah
adalah akhir dari perjalanan. Dan inabah adalah tengah-tengahnya.
Sebagai berikut :
a.
Setiap
orang yang taubat karena takut siksaan, maka ia ada di tingkatan awal yaitu taubat
Taubat adalah sifat orang-orang mukmin. Allah berfirman yang
artinya “Dan tobatlah kalian semua kepada Allah, hai orang=orang yang
beriman”
(Q.S An-Nur: 31)
b.
Orang
yang taubat karena mengharapkan pahala adalah pelaku taubat yang mencapai
tingkatan inabah
Inabah merupakan sifat para wali
Allah atau orang-orang yang dekat dengan Allah, sebagaimana dalam firman Allah
yang artinya “(yaitu) orang-orang yang takut kepada tuhan yang Maha pemurah
sedang dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang taubat”
c.
Orang
taubat yang termotivasi oleh sikap hati-hati dan ketelitian hatinya, bukan
karena mengharapkan pahala atau takut pada siksaan Allah, maka ia berada di
tingkatan aubah
Aubah adalah sifat para Nabi dan
Rasul. sebagaimana dalam firman Allah yang artinya “Dialah Nabi Ayyub a.s.)
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya ia amat taat (kepada Tuhannya)” (Q.S Shad:
44)
Imam Al-Junaid mengatakan bahwa “Taubat ada tiga makna yaitu
pertama penyesalan, kedua tekad meninggalkan (tidak kembali) apa yang dilarang
Allah dan ketiga brusaha memenuhi hak-hak orang yang pernah dianiayanya”.
1.
Orang
yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan, orang ini diampuni dosanya seperti
dalam firman Allah yang artinya “(Selain orang-orang yang taubat sesudah itu
dan mengadakan perbaikan) terhadap amal perbuatan mereka, sesungguhnya Allah
Maha pengampun dan Maha penyayang”
(Q.S Ali Imron : 89).
Abu Hurairah berkata, Rasululloh bersabda yang artinya “seandainya
kalian berdosa hingga seluas langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat
kalian akan diterima” (H.R Ibnu Majah)[4]
2.
Taubat
seseorang ketika hampir mati atau sakaratul maut. Taubat semacam ini sudah
tidak diterima Allah. Seperti dalam firman Allah yang artinya “Dan taubat
itu tidaklah diterima Allah dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila
datang ajal kepada seseorang diantara mereka, barulah dia mengatakan “saya
benar-benar bertaubat sekarang” (Q.S An-Nisa : 18).
Oleh karena itu janganlah menunda taubat, sebab manusia tidak
pernah tahu kapan ajalnya datang. Dengan taubat itu, Allah membersihkan dirinya
dari segala dosa, sehingga ia dapat kembali kepada-Nya sebagai jiwa yang
tenang.
3.
Taubat
nasuha atau tobat yang sebenar benarnya. Tobat nasuha adalah taubat yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Taubat semacam ini yang
dinilai paling tinggi. Seperti dalam firmah Allah yang artinya “Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Allah akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmuu ke dalam jannah yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang mukmin bersama dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan “Ya Rabb kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas
segala suatu” (Q.S At-Tahrim : 8).[5]
1.
Dosa
karena meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan
Kedurhakaan yang pertama terhadap Allah adalah
meninggalkan apa yang diperintahkan. Ini merupakan kedurhakaan
iblis. Sebagaimana dalam firman Allah yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali
Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir” (Q.S Al-Baqarah : 34)
Kedurhakaan yang kedua adalah mengerjakan apa
yang dilarang Allah swt, yaitu merupakan kedurhakaan Nabi Adam. Sebagaimana
dalam firman Allah yang artinya “Dan Kami berfirman: "Hai Adam,
diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon
ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim” (Q.S Al-Baqarah
: 35) Tetapi Nabi Adam dikalahkan oleh kelemahannya sebagai manusia, sehingga
diapun lalai dan tekadnya menjadi lemah karena mendapat bujukan iblis.
2.
Dosa anggota tubuh dan dosa hati
Banyak kedurhakaan dan dosa dari apa yang
ditangkap panca indra atau yang berkaitan dengan anggota tubuh seperti
kedurhakaan dari tangan, kaki, mata, telinga, lidah, hidung dan yang
berhubungan dengan naluri keduniaan yang ada pada diri manusia.
3.
Dosa yang berkaitan dengan hak Allah dan hak hamba-Nya
Cukup banyak contoh dosa, kedurhakaan dan
pelanggaran terhadap hak-hak Allah, seperti meninggalkan sebagian perintah,
mengerjakan sebagian yang dilarang, seperti minum khamar, mendengarkan hal-hal
yang tidak pantas, menyiksa binatang, menyiksa diri sendiri, memboroskan harta
dan sebagainya.
Sedangkan dosa yang berkaitan dengan hak hamba,
terutama hak material, maka taubat darinya, tetapi harus mengembalikan hak itu
kepada pemiliknya atau meminta pembebasan darinya atau minta maaf dan memohon
pembebasan dari pemenuhan hak karena Allah semata. Jika tidak hak itu sama
dengan hutang yang harus dilunasinya
Terdapat beberapa penghambat-penghambat dalam
bertaubat yang sering kita alami sebagai berikut :
1.
Meremehkan dosa
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, bahwa
Rasululloh bersabda yang artinya “sesungguhnya orang mukmin itu melihat
dosanya seperti gunung. dia takut gunung itu menimpa dirinya. sedangkan orang
munafik melihat dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu ia
mengusirnya ini lalu terbang”
(HR. Bukhari)
Maksudnya, orang mukmin saja yang sholeh, zakat,
berpuasa,dan lain-lain mereka takut ibadahnya tidak di terima oleh Allah.
Sedangkan orang munafik yang melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan yang tak terhingga namun ia tidak merasakannya bahkan
seakan-akan dosa-dosa tersebut seperti lalat yang melewati hidungnya
2.
Angan-angan yang mengada-ngada
Maksudnya, seseorang menganggap bahwa hidupnya
masih panjang, bahwa kematian masih jauh, umur masih panjang hingga ia bisa
menggunakannya untuk bercanda ria sesukannya lalu dia berandai-andai untuk
bertaubat nanti sedangkan kematian itu bisa saja datang tidak terduga-duga.
3.
Mengandalkan ampunan Allah SWT.
Ada perbedaan antara orang mukmin dan orang
munafik. Orang-orang mukmin senantiasa berkata “Aku khawatir amalku tidak akan
di terima” sedangkan orang munafik
senantiasa berkata “Aku berharap dosaku di ampuni”.
Memang mengharapkan ampunan Allah SWT itu di
tuntut dari setiap orang muslim, sebesar apapun dosanya tetapi tidak selayaknya
seseorang mengharapkan buah tanpa menanam pohon dan mengurusnya.
Berlebih-lebihan dalam berharap tanpa di dahului amal dan usaha, membuat
pelakunya merasa aman dari adzab Allah SWT.
4.
Di kungkung dosa dan putus asa dan mendapatkan ampunan
Begitulah yang di pikirkan sebagian orang-orang
yang durhaka.Mereka melihat bahwa dosa-dosa mereka terlalu besar, lalu merasa
putus asa dosa-dosa nya tidak akan di ampuni.Padahal sesungguhnya rahmat Allah
SWT tidak akan pernah menjadi sempit karena kesalahan-kesalahan mereka, seberapapun
besar dosa-dasa nya.
Seperti dalam firman Allah SWT yang artinya “katakanlah
:”Hal hamba-hamba ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dia-lah yang Maha pengampun lagi Maha
penyayang dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat di tolong (lagi)”
(Q.S
Az-Zumar :53-54)
5.
Berdalih dengan takdir
Orang yang terperangkap jerat kedurhakaan jika di
seru untuk melepaskan dari sesat kedurhakaan itu dan masuk ke dalam ketaatan
mereka berkata ”ini sudah takdirku. Allah telah menetapkannya atas diriku,
sehingga aku tidak bisa lari darinya. Manusia harus rela terhadap
ketetapan-Nya, sebab diri kita terlalu lemah untuk melawan takdir.”
Menerima takdir dengan takdir buruk itu memang di
perbolehkan, namun itu katanya hanya dengan amal yang sudah lampau, tetapi
untuk amal yang akan datang, maka tidak di perbolehkan sama sekali, sebab seorang
hamba tidak tahu apa yang di takdirkan atas dirinya untuk masa yang akan
datang.
1.
Taubat itu jalan menuju keberuntungan
2.
Mendapat kemudahan hidup dan rezeki yang luas
3.
Hati menjadi bersih dan bersinar
4.
Dicintai Allah SWT
5.
Taubat akan memberikan harapan yang sangat besar kepada hamba
untuk mengubah kemaksiatan menjadi ketaatan
1. Taubat
adalah kembali dari sesuatu yang dicela dalam syariat menuju sesuatu yang
dipuji dalam syariat.
2. Ulama-ulama
Ahlu Sunnah Berpendapat bahwa ada 3 Faktor utama yang Menyebabkan diterima nya
Taubat :
a. Yang
pertama, Menyesali atas pelanggaran-pelanggaran yang pernah diperbuatnya.
b. Yang
kedua, Meninggalkan jalan kesesatan.
c. Dan
yang ketiga, Berketetapan hati untuk tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran
serupa.
3. Sebenarnya
sangat Banyak Manfaat-manfaat dari Bertaubat. dari deskripsi diatas,
disimpulkan sedikitnya ada 5 Manfaat bertaubat, yaitu :
a. Taubat
itu jalan menuju keberuntungan.
b. Mendapat
kemudahan hidup dan rezeki yang luas.
c. Hati
menjadi bersih dan bersinar.
d. Dicintai
Allah SWT.
e. Taubat
akan memberikan harapan yang sangat besar kepada hamba untuk mengubah
kemaksiatan menjadi ketaatan.
Sebagai
Manusia yang mempunyai akal, tentu kita menyadari bahwasannya kita mempunyai
banyak sekali kesalahan dan dosa yang diperbuat. Dan tentunya kita juga
menyadari konsekuensi yang didapat apabila kita mempunyai dosa yang begitu
banyak. Oleh karena itu, jalan yang terbaik adalah Bertaubat, mengakui
kesalahan yang telah kita perbuat dan Kembali menuju ketaatan kepada Allah Swt.
Sebab, tidak ada jalan yang paling baik kecuali Kembali bersimpuh kepada Allah
Swt Didalam Ketaatan kepada-Nya.
Daftar Pustaka
Abul
Qasim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi. 2013. Risalah Qusyairiyah
Sumber Kajian Ilmu Tasawuf. Terjemahan Oleh
Umar Faruq. Jakarta: Pustaka Amani
Abdul
Hadi Bin Hasan Wahby. 2008. Taubat Menuju Jalan Surga. Terjemahan Oleh
Abdullah Haidir. Jakarta: Al-Maktab At-Ta’awuni Lid-Dakwah Wal= Irsyad Wa
Tau’iyatil Jaliat Bi As-Sulay
https://www.google.co.id/amp/s/umrohhajiwisata.com/taubat-nasuha/amp/
https://firanda.com/37-wasiat-ibnu-masud-2-tentang-bagaimanakah-semestinya-seorang-mukmin-memandang-dosa-dosanya.html
http://m.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2016/11/18/105486/jangan-berputus-asa-mari-jemput-rahmat-allah.html
[1] Abul Qasim Abdul Karim
Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi, Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu
Tasawuf, Terj. Umar Faruq. (Jakarta: Pustaka Amani, 2013) hlm 116
[2] Abdul Hadi Bin Hasan
Wahby, Taubat Menuju Jalan Surga. Terj. Abdullah Haidir. (Jakarta: Al-Maktab
At-Ta’awuni Lid-Dakwah Wal= Irsyad Wa Tau’iyatil Jaliat Bi As-Sulay. 2008) hlm
15
[3] Abul Qasim Abdul Karim
Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi, Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf,
Terj. Umar Faruq. (Jakarta: Pustaka Amani, 2013) hlm 118-122
[4]
Abdul
Hadi Bin Hasan Wahby, Taubat Menuju Jalan Surga. Terj. Abdullah Haidir.
(Jakarta: Al-Maktab At-Ta’awuni Lid-Dakwah Wal= Irsyad Wa Tau’iyatil Jaliat Bi
As-Sulay. 2008) hlm 23
[5] Abdul Hadi Bin Hasan
Wahby, Taubat Menuju Jalan Surga. Terj. Abdullah Haidir. (Jakarta: Al-Maktab
At-Ta’awuni Lid-Dakwah Wal= Irsyad Wa Tau’iyatil Jaliat Bi As-Sulay. 2008) hlm
22
Komentar
Posting Komentar